ALUNAN musik reggae selalu identik dengan hamparan pantai dengan nyiur pohon kelapa yang melambai. Identik juga dengan penyanyi kulit hitam rasta berpakaian hawai berwarna- cerah.
Tengok saja penyanyi legendaris dari Jamaika Bob Marley,ia begitu lincah dan musiknya begitu ceria. Di Surabaya sendiri musik reggae sering dibawakan oleh sekelompok pemusik asal Papua bernama Abouwhim Band. Band dengan lima personel asli Papua ini mulai manggung dari kafe ke kafe di Surabayasejak 1993. Namun sebelumnya, para pemusik ini seringkali main akustik secara terpisah.” Yah maklumlah dulu kan masihkuliah.Maunya sihsambil kuliah cari uang untuk saku sehari-hari,” kata leader Abouwhim Band Marthen C.Korwa.
Sejak berdiri, band ini memang tetap lurus di jalur rock dan reggae. Band ini awalnya pada tahun 1984 pernah mengikuti kompetisi rock slebor. Sedangkan reggae sendiri memang jenis musik yang menjadi andalan mereka. Untuk kiblat yang dianuti band inipun tak lain adalah Bob Marley. Sedangkan untuk lagu-lagu yang seringkali dibawakan adalah milik band legendaris asal Papua Black Brothers. Namun selain memainkan musik reggae dan rock, semua lagu oldiest juga tak ketinggalan dibawakan setiap kali manggung. Ini karena permintaan para penontonnya sendiri.
”Maklum saja sejak berdiri hingga sekarang kami ngamen dari kafe ke kafe.Jadi lagu yang dibawakan pun mengikuti selera penonton,” ujar Sarjana Keuangan Sekolah Tinggi Keuangan (Stiken) yang kini berganti menjadi Universitas Putera Bangsa ini.Tapi tetap saja setiap manggung selalu membawakan beberapa lagu reggae yang memang sudah dinanti dan menjadi ciri khas Abouwhim Band. Sebagai vokalis, Marthen sendiri total menjalani hobinya bermusik tanpa punya pekerjaan utama ataupun sampingan lainnya.
Bahkan dari band ini ia seringkali berpetualang dari satu kota ke kota lain. Bahkan sampai diajak manggung ke luar pulau.Pada awal berdirinya Abouwhim Band saja sudah mendapat kontrak dua tahun manggung di Bali. Sampai sekarang pun tawaran manggung masih terus mengalir dari berbagai daerah di Indonesia mulai Jayapura, Manado,Kupang, Samarinda dan banyak tempat lainnya. Di usianya yang sudah menginjak 50 tahun, Marthen masih tetap bertahan di Abouwhim Band meski ketiga temannya sudah tak bergabung lagi.
”Saat ini dari total delapan personel enam orang hasil regenerasi. Dan yang asli Papua hanya empat saja sedangkan lainnya berasal dari berbagai daerah,”tuturnya. Di Surabaya sendiri Abouwhim masih aktif manggung di kafe-kafe dan hotel secara rutin setiap Selasa, Rabu dan Kamis. Salah satu tempat manggung yang masih rutin dikunjungi adalah Garden Palace Hotel.
Meski sudah tergolong legendaris dalam bermusik karena sudah manggung cukup lama,namun Marthen masih tetap optimis bisa tetap eksis.” Karena penggemar juga masih tetap ada terus dari kalangan usia di atas 40 tahun,”katanya.Buktinya pun hingga hari ini Abouwhim tak pernah kering orderan manggung. ”Kecuali jika bulan puasa tiba,memang waktunya untuk libur tak manggung sama sekali,”imbuhnya.
Untuk urusan order panggung memang Abouwhim Band tak sendirian. Mereka seringkali bertukar dan bergantian dengan band lain yang samasama oldiest seperti Casino, Master, Eternal, Shinzo band dan masih banyak lainnya. ”Kami berbagi info tentang tempat manggung yang bisa kami jajaki bareng-bareng.Toh jika saat ada yang tak bisa memenuhi jadwal manggung bisa ada yang menggantikan,” ulas Marthen. Masalah uang manggungnya tak pernah diributkan. ”Buat apa juga diributkan.
Yang penting kita senang penonton senang dan pulang dapat uang,” sela Leader Casino Band Djuari Rahmat, 62, sambil bergurau saat makan siang bersama Marthen.Karena bermain musik sendiri meski menghasilkan namun bukanlah pekerjaan melainkan hobi yang menyenangkan. ”Jadi selama masih ada penggemar yang mau mendengarkan musik- musik oldiest para pemusik tua ini akan terus saja melantunkan lagu-lagunya diatas panggung,”tukas Djuari,
COMMENTS